TOKYO - Angkatan Laut Jepang memasok bahan bakar ke kapal perang Amerika Serikat (AS) yang dilengkapi sistem rudal pertahanan (BMD) Aegis di Laut Jepang. Kapal Washington itu merupakan kapal yang memantau setiap ancaman Korea Utara (Korut).
Menurut sumber yang mengetahui tentang operasi itu, dengan menyediakan bahan bakar ke kapal perusak AS, Jepang berharap untuk memastikan patroli terhadap ancaman Pyongyang dapat dipertahankan tanpa celah.
Pengisian bahan bakar dimulai pada bulan April sebagaimana dilaporkan surat kabar Nikkei.
Korut pada hari ini mengancam akan menenggelamkan Jepang dengan bom nuklir karena mengikuti AS untuk mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberlakukan sanksi baru terhadap Pyongyang.
Armada ketujuh Angkatan Laut AS biasanya memiliki sekitar enam kapal dengan sistem rudal Aegis yang ditugaskan beroperasi di sekitar Jepang. Jepang sendiri mengoperasikan empat kapalnya di wilayah tersebut.
Kapal-kapal AS dan Jepang dipersenjatai dengan sistem rudal pertahanan atau pencegat rudal yang dirancang untuk menembak jatuh setiap hulu ledak di ruang angkasa sebelum terjun ke sasarannya. Sekitar setengah dari total kapal kedua negara itu biasanya berada di laut yang sama pada satu waktu.
Pemerintahan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada tahun 2015 mendapat persetujuan parlemen untuk memperluas peran Pasukan Pertahanan Bela Diri (SDF) di bawah konstitusi Jepang.
Restu parlemen itu memungkinkan militer Tokyo mengambil peran lebih besar dalam aliansi dengan Washington, termasuk memasok bahan bakar dan mempertahankan kapal AS di wilayah Jepang.
Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga dalam konferensi pers regulernya pada hari Kamis mengatakan bahwa kerja sama semacam ini akan dilakukan oleh sekutu. Dia menolak untuk mengomentari pengiriman bahan bakar untuk kapal AS dengan sistem rudal Aegis.
”Hal itu dapat mengungkapkan rincian operasi Angkatan Laut kami dan Angkatan Laut AS,” katanya memberikan alasan mengapa menolak mengomentari pemasokan bahan bakar untuk kapal Pentagon tersebut, seperti dilansir Reuters.
No comments:
Post a Comment